Selasa, 27 April 2010

" PERSAHABATAN "

Kita tak akan pernah bisa menempuh ulang kembali segala impian dan tujuan yang sudah di tapaki dengan kebersamaan..
kenangan yang meranggas perlahan di ringkih hati
lalu menyemai harapan, segalanya akan kembali seperti semula … “Karena apa yang tertinggal,”seperti sisa jejak langkah kaki di bibir kehidupan yang lenyap terhapus hempasan waktu”
Kita hanya akan bisa bersenandung merepih pilu dan membuat segenap angan terbang liar mencabik cabik cakrawala menjadi kenangan..
Seraya menyimpan segala asa dan rindu yang terpendam di semua khayalan
Hanya diam termenung, pada keheningan malam
pada lagu lama yang di lantunkan
dan bergema lirih hingga ke sudut sepi sanubari
“Karena apa yang kini ada”, ucapan,”Adalah tempat dimana kita membangun asa dan rasa
angin segala musim bertiup dan arus semua sungai bermuara yang kerap membuat kita gamang pada pilihan : meniti samar masa depan ataukah
menggenggam nostalgia dan ikut karam bersamanya
Adakah Kilau Rembulan
yang mengapung indah di beranda adalah sebuah ruang renung untuk memahami lebih dalam setiap desir luka, serpih tawa, isak tangis, jerit rindu dan keping kecewa yang memantul pelan dari dinding hati…
Kenangan yang telah dipahat rapi di sepanjang jejak waktu yang sudah berlalu tak ubahnya seperti gugusan awan bersama selarik bianglala yang berbaris sepanjang garis cahaya mentari serta kepak camar riang membelah langit..
Harapan semua, semoga, langkah2 pasti yang kita tapak kedepan memberi makna di taman jiwa
bersama selaksa kembang dan kepak kupu-kupu bersayap cemerlang pada setiap dentang usia
seraya melukis potongan kisah di kanvas batin
Dan kilau rembulan di beranda malam
yang membasuh perih, melerai gulita
senantiasa hadir dan mengalir
tanpa henti di sepanjang selasar kehidupan
Kesaksian luka itu sudah lama kita kemas,
dalam senyap hati juga, pada mendung langit
yang kian ranum menurunkan gerimis
kita menyimpan rasa itu rapat-rapat
sembari menatap nanar sang mentari
senja turun perlahan di ufuk
menghayati setiap jejak merah saga yang ditinggalkannya..
Bagai menyaksikan semua impian kita
yang luruh perlahan oleh derap waktu
serta tetes rindu yang menghias disisinya
seumpama ornamen lusuh, meleleh dalam diam
“Kita tengah bercakap tentang cinta, ada tiada,” kata lesu dan desir angin membawa tinggi ucapan bersama pekik camar yang terbang limbung di atas gunung
selarik pelangi di batas cakrawala
Aku termangu dan memandang bening matamu dimana ada lelah dan kegetiran disana
dimana genangan kenangan kita
larut pada sajak yang di pahat
dalam pilu tak terungkapkan
Kenangan itu selalu berjalan tertatih dalam benak
meniti sebuah perjalanan panjang tentang sebuah rasa yang tertinggal pada relung hati, dimana sunyi bersemayam bersama rindu yang terpendam
“Kadangkala,” katamu,”pada lirih sajak yang kuterbangkan bersama angin
senantiasa ada harap disana untuk menghampirimu di suatu ketika
sembari bercerita tentang janji, obsesi memiliki juga cinta, Pesonamu selalu memercik pada riuh rendah pundak …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar